Mungkin cuma dugaan saya saja. Tapi apakah benar bahwa masa lalu hanyalah sekedar sejarah, dan masa depan hanyalah misteri. Dugaan saya ini awalnya muncul dari sebuah dongeng. Dongeng yang terkenal dan telah diceritakan kembali dalam berbagai versi. Tetapi bukankah terkadang, dongeng pun bisa berubah menjadi teori, dan teori bisa berubah menjadi realitas. Dongeng yang saya maksud adalah dongeng tentang Mesin Waktu.
Di antara sekian banyak versi dongeng tentang Mesin Waktu, ada satu yang saya paling suka, dan dapat diterima oleh akal logika yang saya miliki. Yaitu film HP III, alias film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban. Di dalam film tersebut tersisip cerita tentang Mesin Waktu. Dalam film tersebut, mesin waktunya berwujud sebuah liontin yang disebut Time Turner. Time Turner adalah alat untuk kembali ke masa lalu. Saya tidak tahu, apakah Time Turner tersebut bisa dipakai untuk pergi ke masa depan juga atau tidak.
Yang menarik dari dongeng Mesin Waktu dalam HP III, adalah logika yang dimiliki dongeng itu sendiri. Logika tersebut bisa disebut sebagai Time Loop. Bisa disearch di internet tentang apa itu time loop. Cerita Mesin Waktu dalam Dongeng HP III, bisa disimpulkan seperti berikut. Bahwa sekalipun Harry dan Hermione berkehendak untuk mengubah masa lalu, nyatanya saat mereka kembali ke masa lalu, mereka tidak dapat mengubah satu hal pun dari masa lalu tersebut. Malahan mereka sadar, bahwa merekalah penyebab terjadinya masa lalu tersebut yang memang mereka alami sebelumnya.
Dari dongeng tersebut di atas, dapat membuat saya mengandai andai hal seperti berikut. Bahwa dunia waktu itu, jumlahnya ada banyak, tak hanya satu. Ibaratnya, jika dunia ini dan segala masanya diumpamakan sebagai sebuah buku, maka buku tersebut memiliki begitu banyak copy yang sama persis. Copy-copy tersebut bisa juga dikatakan sebagai gema, atau gema-gema. Seperti cukup mirip dengan yang pernah saya tulis, bahwa sebuah buku pasti memiliki seorang pembaca. Pembaca adalah ibarat dari setiap jiwa yang dimiliki oleh setiap mahkluk hidup, atau bahkan sebuah program. Jika sang pembaca berhenti membaca buku tersebut, maka tidak tahulah sang pembaca akan kelanjutan cerita buku tersebut. Ibarat dari jika sebuah jiwa menjadi mati, maka putus pula masa depan jiwa tersebut. Begitu pula dengan si buku, jika ia telah selesai dibaca, maka tamatlah ceritanya. Ibarat dari dunia ini pun bisa berakhir dengan caranya sendiri. Tapi seperti yang saya sebutkan tadi, buku tersebut memiliki entah berapa banyak gema-gema atau copy-copy yang sama persis. Setiap copy atau gema, menurut saya adalah ibarat frame waktu yang tetap atau sama. Sekalipun jiwa atau dunia ini telah mati, namun sebenarnya dia masih hidup di frame-frame masa lalu. Dan perlu diingat seperti dugaan atau dongeng yang saya sebut tadi, bahwa masa lalu itu tidak bisa diubah.
Lalu bagaimana dengan masa depan? Jawabannya seperti dugaan yang saya sebut tadi. Masa depan dunia ini ibarat cerita yang belum selesai kita baca dari buku tersebut. Kita memang belum mengetahuinya. Tapi sebenarnya, itu semua sudah tertulis rapi, menunggu untuk dibaca.
Sekali lagi, hanya dugaan saya.